Selasa, 22 Desember 2015

REFLEKSI DARI MENJADI RELAWAN PART 1




Hal yang menyenangkan bisa mulai bercerita masalah ini. Eh ralat bukan masalah tapi cerita tentang menjadi relawan. Sebagaimana yang dilihat bahwa menjadi seorang relawan adalah berawal dari niat tulus yang ingin dicapai oleh seseorang ya disebut panggilan jiwa secara begitu saja. Tak ada angin tak ada api tak ada hujan, ya berjalan begitu saja. Tulisan ini hanya rangkaian kata dari apa yang dipikirkan namun realisasi terkadang lebih seru dan lebih menarik memang. Menulis untuk menjadi sejarah.
Awal menjadi relawan dalam bahasa keren Volunteer adalah saat SMA. Namun rasanya berbeda saat menjadi relawan dikala kesibukan  menggunung. Mengenal Indonesia Mengajar adalah saat Kuliah di semester awal, ada anak muda yang baru luuls mengabdi di daerah terpencil, terluar dan terbelakang. Demi apa? Apa yang dicari? Seru kali ya? Mau gitu? Siap memang? Ya itu tugas menjadi Pengajar Muda. Ah mana mungkin lolos, orang-orang yang menjadi bagian didalamnya orang hebat. Oke, mulai dari situ nambah penasaran, mencari jadwal, kegiatan yang pas dan cocok nah jadilah awal mengambil bagian dari Forum Gerakan Indonesia Mengajar, Kelas Inspirasi dan Indonesia Menyala. Luar biasa berada pada lingkaran positif ini. Mengenal orang-orang hebat yang gak sombong, berani ngambil resiko dan kemampuan mereka yang luar biasa dengan latar belakang mereka yang berbeda-beda.
Ya mulai mengenal jalan-jalan Jakarta, sampai Ujung Kulon. Ah luar biasa rasanya, dibalik niat baik ada saja halangannya. Ya sebut saja tantangan dan rintangan nya ya. Seperti sebelumnya mama mengijinkan aku melakukan apapun asal positif. Namun dibeberapa sisi aku mungkin tak tahu porsi prioritasku yang sampai akhirnya aku harus tigelebug a.k.a jatuh dan berkutat dengan masalah itu. Syukuri apa yang ada, lakukan yang terbaik.
Sampai saat ini masih curi-curi untuk menjadi relawan yang benar-benar positif. Semoga apapun yang menjadi keputusanku adalah yang terbaik dan diridhoi. Aamiin.
Tanah Jawara,/23 Desember 2015/08:20 WIB

A K U



A K U
K U A K U K U A K U
B U K A N  S I A P A
B U K A N   A P A
D A N  B U K A N  B A G A I M A N A
B U K A N   K A P A N
D A N  B U K A N  D I M A N A
B U K A N  A K U
K U A K U K U



Kamis, 17 Desember 2015

Salam Khara


Tinggal di Kota Serang kurang lebih 5-6 tahun berjalan meninggalkan kesan yang luar biasa.Mulai bekerja disini, bermain keliling Indonesia dari sini, belajar yang kata orang bilang kuliah juga mulai dari sini.Bukan hal yang biasa ketika perempuan pendiam macam saya yang berpetualang dan hijrah dari suatu daerah terbelakang sebut saja Kab G menuju Kota Serang yang Madani. Serang bukanlah kota layaknya kota pada awal ada keberadaannya. Banyak permasalahan pembagian aset yang masih berlanjut sampai detik ini, masih njlimet.Perbedaan adat, budaya dan keseharian orang sini berbeda dengan orang parahyangan umumnya.Disini atmosfer yang terasa adalah budaya malas, konsumtif dan keras sangat terasa.
Tapi disini asik,disini unik,bertemu dengan orang-orang hebat tatkala batas waktu untuk menikmati Kota Jawara ini sedikit lagi. Maaf belum bisa memberi yang terbaik, namun semoga apa yang telah ditulis apa yang telah dicatat dan apa yang telah dilakukan di tanah ini manfaat buat saya pribadi dan orang yang mengenal saya sehingga tak sia-sia usia. 

salam

Khara

MESJID LAMA KAUJON SERANG



Sejak abad ke-16, Serang merupakan pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan  pusat kebudayaan, baik pada zaman kesultanan, zaman kolonial maupun zaman kemerdekaan. Dengan letaknya yang strategis, Kota Serang merupakan jalur utama penghubung Jawa-Sumatera dan merupakan daerah alternatif penyangga ibu kota negara karena jarak dari DKI Jakarta hanya sekitar 70 kilometer.
Pembentukan kota serang sendiri tak lepas dari amanat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten. Hal ini dipertegas oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang tujuan dimekarkannya Kota Serang dari Kabupaten Serang adalah untuk memacu perkembangan dan kemajuan Provinsi Banten pada umumnya dan Kabupaten Serang pada khususnya.Sejak saat itu untuk mewadahi aspirasi masyarakat dan semboyan pembangunan, Kota Serang berslogan Kota Madani. Slogan ini menegaskan tujuan pemerintah dengan prinsip:
1.      Menghormati kebebasan beragama;
2.      Menjaga persaudaraan antar umat beragama;
3.      Menjaga perdamaian dan kedamaian;
4.      Menjaga persatuan;
5.      Etika politik yang bebas bertanggung jawab;
6.      Pemerintah yang melindungi hak dan kewajiban warga negara;
7.      Konsistensi penegakan hukum berdasarkan kebenaran dan keadilan;
8.      Terciptanya masyarakat yang demokratis;
9.      Menghormati hak-hak azasi individu;
10.  Selalu berada dalam koridor agama
Pada  hari Sabtu, 23 November 2013 kami melakukan observasi lapangan ke Mesjid Kuno Kaujon yang terletak di Kaujon kelurahan Serang Kota Serang Banten, kira-kira 500 meter dari alun-alun kota Serang. Tahun berdirinya mesjid sendiri menurut narasumber yang kami temui di lapangan (bapak Tubagus Ito Sofyan dan kawan ) tidak ada yang tahu pasti kapan berdirinya mesjid tersebut, yang pasti mesjid tersebut didirikan jauh sebelum jembatan yang ada di depan gerbang menuju mesjid dibangun (1817).
Meski tidak seorang pun mengetahui kapan pendiriannya, masjid ini tergolong kuno karena masuk ke dalam daftar cagar budaya Provinsi Banten, yang keberadaannya dilindungi Undang-undang No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Sedangkan disahkannya dari dinas pariwisata kota serang ditetapkan pada tahun 2004.
Mesjid kuno kaujon ini masih berdiri pada pondasi aslinya hanya saja ada sedikit renovasi-renovasi yang dilakukan karena jika dipertahankan sesuai bentuk aslinya, sangat dimungkinkan tidak layak pakai.Adapun luas masjidnya kurang lebih 703 m². Ruang utama yang berbentuk empat persegi dengan ukuran  10 m x 10 m, ditopang oleh empat buah tiang kayu /soko guru di bagian bawahnya terdapat empat buah umpak batu berbentuk labu. Namun salah satu sisi tiang kayu yang terdapat didalam masjid, ada satu yang tidak sama (menyerong 45 derajat  dari seharusnya/ soko yang lainnya) . ini dimaksudkan karena kiblat masjid yang tidak pas mengiblat ke ka’bah mekkah Baitullah. Maka salah satu cirinya ialah tiang tersebut yang beda sendiri guna menunjukkan arah kiblat yang sesungguhnya.
Adapun Mihrab terdapat pada dinding sebelah barat berupa ruang yang menjorok ke dalam.Adapula mimbar yang masih asli namun penempatannya dipindahkan kedalam mesjid utama dan ada sedikit pemotongan pada sisi tangga di mimbar tersebut yang disesuaikan dengan tinggi atap ruangan utama mesjid.
Untuk memudahkan perempuan dalam beribadah maka di bangunkanlah tempat khusus untuk perempuan solat (dipisah dengan jemaah laki-laki).
Kemudian, Di bagian atas mihrab terdapat motif hias berbentuk sulur, bagian kiri dan kanan diapit pilaster ganda dengan motif-motif panil yang bagian atasnya diberi motif hias berbentuk buah nanas.  Masjid Kuno Kaujon ini memiliki bentuk atap bertingkat atau tumpang bersusun tiga.Atap tingkat tiga memiliki mustoko di bagian atasnya.Seluruh kerangka atap ditutup oleh genting yang terbuat dari terakota.
Renovasi atau penambahan bangunan dan perbaikan bangunan dilakukan pada tahun 1936.Yang dari awal bangunan berbentuk persegi dengan masih adanya sumur yang sekarang sudah ditutup dan kolam ukuran 2x2 meter untuk wudhu serta bedug sebagai penanda adzan pada saat itu, masih terjaga rapi.Namun untuk bedug sendiri hanya diganti saja kulitnya dan dipotong ujung nya karena ukuran panjangnya terlalu panjang.


Pada ragam hias arsitektural, pengaruh lokal terlihat pada komponen pelipit dan mustoko/memolo.Pelipit biasa dijumpai pada bangunan candi, sementara mustoko banyak dijumpai pada bangunan tradisional jawa.
Batas dinding ini masih asli dan merupakan batas mesjid dari awal sampai sekarang, ini menandakan bahwa perubahan yang terjadi tidak merubah bentuk asli mesjid ini.Konon pada setiap malam jum’at masjid ini masih sering digunakan oleh para wali Allah untuk musyawarah.Wallohu a’lam.
Didalam lingkungan mesjid juga ada satu makam yakni makam ratu maemunah dan makam-makam bayi.Di sekitar lingkungan masjid juga terdapat rumah-rumah regend atau rumah-rumah para bangsawan yang sekarang dihuni oleh para keturunan atau masyarakat di lingkungan kaujon.


Setelah ditetapkan dalam salah satu cagar budaya yang ada di kota serang perawatan dan lain-lain masih dilakukan secara sukarela oleh warga masyarakat. Bantuan-bantuan dalam perawatan dan lain sebagainya menurut narasumber jarang bahkan hanya dititipkan plang yang berisi tidak boleh merubah ataupun merusak tanpa ada perhatian lainnya yang berguna.

Kharisma,dkk 2013



HARI BARU

 Selamat Siang! kembali bertemu lagi, maafkan vacum yang begitu lama karena satu dan lain hal juga status baru aku. Alhamdulillah resmi meni...