Minggu, 15 Mei 2016

Kampung Dukuh Garut

Halo guys, ah rasanya baru kemarin saya hijrah menimba ilmu di dunia lain hehe maksudnya di luar kampung halaman. Ya sekarang saya kembali ke kampung halaman, untuk mengamalkan apa yang sudah didapat dan diperjuangkan #ealaaah. Dimulai dari percakapan by Whatsapp dengan teman di kampung sebelah. Kami memutuskan untuk jalan ke kampung dukuh, ya kampungnya orang garut yang luar biasa atau baduynya garut kalau disamakan dengan Banten yang punya baduy.

Kampung Dukuh itulah nama sebuah perkampungan yang sangat kental dengan ajaran-ajaran agama islam. Kampung ini berada di Desa Ciroyom, Kec. Cikelet, Garut, Jawa Barat. Kampung Dukuh terletak di Desa Cijambe, Kecamatan Cikelet kurang lebih 101 Km dari pusat Kota Garut. Kampung Dukuh dibagi kedalam tiga bagian yaitu Dukuh Dalam, Dukuh Luar, dan Makam Karomah. Dimana bagian Makam karomah terdapat makam Syekh Abdul Jalil, lalu sisanya adalah lahan kosong dan lahan produktif.
Untuk mencapai kampung dukuh, Travelmate harus berkendara dari Garut melalui terusan Cikajang-Pameungpeuk-Cikelet, atau dari Kabupaten Bandung melalui terusan Pangalengan-Rancabuaya-Cikelet. Jalan untuk mencapai Kampung Dukuh sudah terbilang baik, karena jalan lintas selatan kini telah diperbaiki.

Kehidupan yang ada dikampung ini sangatlah sederhana baik dalam segi bangunan rumah adat, pakaian, sampai bahasa dan prilaku tingkah pola masyarakatnya. Jika anda akan berkunjung ke kampung ini kita perlu mengetahui pantangan-pantangan yang ada di kampung dukuh, seperti antara laki-laki dan perempuan tidak boleh terlalu dekat, tidak boleh bicara ketika sedang makan, tidak boleh menyelonjorkan kaki kea rah utara, harus memakai baju polos (tidak boleh bercorak atau bergambar) ketika berziarah, dan tidak boleh menggunakan peralatan elektronik.

Mata pencaharian utama masyarakat kampung dukuh adalah bertani. Model pertanian yang biasa di lakukan yaitu model pertanian lahan basah (sawah) dan pertanian lahan kering (huma atau berladang).Masyarakat kampung dukuh dalam bertani pada lahan basah (sawah) biasanya menggunakan lahan yang terletak pada pinggir-pinggir sungai, dan lahan yang dapat digunakan untuk cara bertani ini cukup sedikit. Sedangkan untuk bertani pada lahan kering itu cukup luas, karena biasanya masyarakat adat kampung dukuh akan mebukah hutan untuk dijadikan lahan untuk berladang atau bertani. Karena lahan ini cukup luas. maka masyarakat biasanya banyak yang melakukan bertani pada lahan kering, yaitu seperti ngehuma,berladang. Selain itu juga masyarakat kampung adat dukuh sering memanfaatkan hutan sekitarnya, untuk memenuhi kekebutuhan hidup. Biasanya dimanfaatkan untuk mengambil kayu bakar, mengambil bahan untuk membuat rumah. Hal ini biasa dilakukan oleh masyarakat kampung dukuh sebelum masuknya jawatan kehutanan atau perhutani. Dimana setelah masuknya perhutani ke wilayah adat dukuh, masyarakat menjadi tidak punya akses terhadap hak ulayat mereka.
 
5
Kampung Adat Dukuh

Ada 42 susun rumah yang terdapat di sini yang selalu mematuhi pantangan-pantangan tersebut. Pantangan laki-laki dan perempuan yang tidak boleh berdekatan adalah antara kaum adam dan kaum hawa yang bukan muhrimnya harus menjaga hijab ini karena didasarkan sesuai dengan syari’at Islam. Pantangan menyelonjorkan kaki ke arah utara, ini dikarenakan di sebelah selatan kampung ini terdapat sebuah makam ulama yang bernama Syekh Abdul Jalil, sang juru kunci yang juga pendiri kampung ini. Pantangan itu diberlakukan untuk menghormati Syekh Abdul Jalil. Selain makam Syekh Abdul Jalil disana juga terdapat makam Hasan Husein, Makam Kuncen, dan TPU warga sekitar Kampung Dukuh. Setiap hari sabtu warga disini selalu rutin berziarah ke makam karomah dengan dipimpin oleh sang Kuncen (Juru Kunci). Ada juga beberapa larangan saat melakukan ziarah. Diantaranya untuk kaum perempuan yang sedang haid (datang bulan) dilarang melakukan ziarah, tidak memakai perhiasan, juga tidak diperkenankan untuk memakai pakaian dalam. Hal ini dilakukan sebagai tanda kesederhanaan. Kesederhanaan ini sudah menjadi kebiasaan warga kampung.

Selain itu dikampung ini juga tidak ada peralatan elektronik, bahkan saat malam hari datang sebagai salah satu penerangan hanya menggunakan lampu cempor. Ada keunikan tersendiri untuk shalat wajib lima waktu disini, yaitu panggilan untuk warga kampung dengan perantara sebuah bedug besar yang ada di masjid kampung dukuh. Pukulan yang pertama bedug dipukul satu kali, ini menandakan seluruh warga kampung bersiap-siap pergi ke masjid, pukulan kedua bedug dipukul dua kali menandakan jama’ah sudah ada di dalam masjid untuk melakukan shalat sunnah. Dan pukulan terakhir bedug ditabuh tiga kali menandakan semua sudah siap untuk melaksanakan shalat berjamaah. Bangunan masjid ini terbuat dari bambu dan beratapkan ijuk, alang-alan atau juga tepus, dan ini mirip seperti halnya rumah warga. Dan yang membedakan masjid dan rumah warga ialah ukuran masjid yang lebih besar dari rumah warga. Namun ada juga bangunan yang lebih besar dari masjid yaitu Bale Adat yang mana adalah kediaman sang kuncen (Juru Kunci). Tempat ini sekarang biasanya digunakan untuk anak-anak mengaji disiang hari setelah shalat dzuhur.Ada juga toilet umum yang juga sederhana, terbuat dari bambu yang dirangkai dan memiliki beberapa pancuran. Dibawah toilet ini terdapat sebuah kolam ikan yang cukup besar. Ikan-ikan ini digunakan sebagai pengurai kotoran manusia yang dibuang langsung dari toilet ke kolam.

kearifan-lokal-hindarkan-warga-adat-dari-dampak-gempa
Anak-anak Mengaji Di Bale Adat
1590_13._Bedug_yang_berusia_ratusan_tahun_dapat_dilihat_di_Mushola_Kampung_Adat_Dukuh
Bedug Masjid Kampung Dukuh

Dalam waktu dekat ini kami (aku dan rekan) akan berkunjung kesana, semoga lancar :)

 
 https://id.wikipedia.org/wiki/Kampung_Dukuh 
http://digarut.com/kampung-dukuh-sebuah-budaya-tak-ternilai.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HARI BARU

 Selamat Siang! kembali bertemu lagi, maafkan vacum yang begitu lama karena satu dan lain hal juga status baru aku. Alhamdulillah resmi meni...