Minggu, 26 November 2017

Review Angan Senja Dan Senyum Pagi oleh Fahd Pahdepie






























































Hujan malam itu lambat dan panjang. Angan dan Pagi saling mematung, terpisah jarak dari kisah mereka yang beku di ujung waktu. Lanskap taman seolah tak ingin menunjukkan diri, lampu merkuri temaram di antara mereka berdua, dikaburkan rintik hujan.

Angan memerhatikan wajah Pagi. Wajah itu, wajah yang pertama kali ia lihat belasan tahun lalu dan membuat matanya nyalang semalaman, wajah yang entah bagaimana diciptakan Tuhan dengan alis yang sempurna, hidung yang sempurna, bibir yang sempurna… Tak pernah bisa pergi dari inti memorinya selama ini.

Angan melangkah mendekat ketika payung miliknya lepas dari genggaman. Kemudian ia menarik ujung payung bening milik Pagi. Angan masih bisa melihat wajah Pagi dari balik payung bening itu, meski titik-titik hujan masa lalu sedikit mengaburkannya. Namun, itu cukup buat Angan… Itu cukup. Sebab ketika ia mengecup payung itu, seolah di kening Pagi, ia tak perlu menjelaskan apa-apa lagi…
Tentang Angan Senja yang tak pernah berhenti menanti Senyum Pagi.

Buku ini hadir di bulan Maret 2017, aku mendapatkannya dari seorang teman di Cilegon, entah maksudnya apa, berupa perpisahan atau kisahnya ingin menjadi seperti dalam novel itu atau hanya untuk kenang-kenangan?. Belum tahu tapi trims banyak ya ...

Terlepas dari hal itu, bukunya lumayan cukup tebal sekitar 200-an, tapi plot yang disuguhkan maju mundur dengan dua tokoh utama. Sama kaya baca buku Fahd sebelumnya ada unsur NGEH gitu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HARI BARU

 Selamat Siang! kembali bertemu lagi, maafkan vacum yang begitu lama karena satu dan lain hal juga status baru aku. Alhamdulillah resmi meni...