Senin, 13 November 2017

Transportasi Publik Solusi Tercepat Atasi Kemacetan, Bukan Hanya Pembangunan Jalan?

Mengejutkan bangetlah dengan kemacetan yang ada dimana-mana disetiap kota yang dikunjungi. Duh gak ada apa kota yang tenang dan terlepas dari hiruk pikuk kemacetan dan polusi. ;p

Lalu kota mana sajakah yang termasuk ke dalam 10 Kota termacet di Indonesia ? Berikut daftarnya berdasarkan Data Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan (BTSP) Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan  dengan menggunakan pengukuran VC (volume to capacity) ratio mengindikasikan volume kendaraan sudah mendekati kapasitas jalan yang tersedia. Jika VC ratio di atas 0,70%, maka kondisi jalan bisa dipastikan sudah padat.
1. Bogor
Kota hujan yang terkenal dengan kesejukan dan ketenangan ternyata sudah tidak lagi menjadi kota yang ramah bagi pengguna pengendara bermotor, secara rata-rata pengendara hanya bisa melaju 15,32 km/jam dengan VC ratio 0,86.
2. DKI Jakarta
Meskipun DKI Jakarta sudah memiliki banyak tol dalam kota, juka mulai di kembangkan transportasi umum, namun jumlah pengendara yang membludak, bahkan dari pengendara luar Jakarta, maka jika di hitung rata-rata kecepatan di jakarta adalah 10-20 km/jam dengan VC ratio 0,85.
3. Bandung
Paris van java, begitulah julukan kota modis yang satu ini. Namun saat ini kota Bandung semakin padat oleh pengendara, bahkan kemacetan terus menjamur, apalagi jika akhir pekan karena bandung yang banyak dikunjungi wisatawan luar kota jika di akhir pekan. Kecepatan rata-rata di kota kembang 14,3 km/jam dan VC ratio 0,85 sama dengan DKI Jakarta.
4. Surabaya
Ibu kota Jawa Timur juga mulai terjangkit macet dengan kecepatan rata-rata yang di capai 21 km/jam dan VC ratio 0,83.
5. Depok
Kota kecil di pinggiran Ibu kota ini dari dulu memang sudah terkenal dengan kemcetannya, kecepatan yang rata-rata hany 21,4 km/jam dan VC ratio 0,83 betapa macetnya kota Depok ini.
6. Bekasi
Bekasi tidak berbeda jauh dari Depok. Mulai di bangunnya banyak perumahan-perumahan di Kota Ini menjadikan kemcetan juga meningkat. Orang rata-rata hanya bisa memacu kendaraan 21,86 km/jam dengan VC ratio 0,83.
7. Tangerang
Kota di barat Ibu Kota Jakarta ini merupakan Kota yang padat, baik dari segi penduduk maupun kendaraannya. Rata-rata penduduk kota ini bekerja di Jakarta, sehingga ketika jam-jam berangkat ataupun pulang kerja maka kemacetan sudah menjadi barang pasti. Rata-rata kecepatan yang hanya 22 km/jam dengan VC ratio 0,82 membuktikan hal tersebut.
8. Medan
Medan merupakan kota metropolitan terbesar di pulau Sumatera. Ini juga yang menjadikan pengendara di kota ini hanya bisa memacu rata-rata kendaraannya 23,4 km/jam dan memiliki VC ratio 0,76.
9. Makassar
Sebagai kota terbesar di Wilayah Indonesia Timur, Makassar memiliki kecepatan rata-rata pengendara yaitu 24,06 km/jam dan VC ratio 0,73.
10. Semarang
Semarang, Ibu Kota Jawa Tengah ini memiliki kecepatan rata-rata 27 km/jam dan VC ratio 0,72.

Ini merupakan pendapat pribadi dari penulis, ditinjau melalui pengalaman bertemu kemacetan setiap harinya, dari membaca banyak artikel, dan pandangan masyarakat mengenai kemacetan ini sendiri. Di bawah ini ada 10 faktor dari penyebab kemacetan yang tidak seharusnya menyebabkan kemacetan, check it out!

1. Mobil yang hanya berisi supir

Setelah memikirkan dengan seksama, penulis beranggapan bahwa salah satu penyebab kemacetan adalah banyaknya orang yang lebih memilih mengendarai kendaraan beroda empat, dibanding roda dua, walaupun hanya seorang diri.
Jika diperkirakan, ukuran sebuah mobil hampir setara dengan ukuran empat buah sepeda motor matic. Hanya karena ingin membuat diri sendiri menjadi nyaman berkendara, tidak terkena asap sambil mendengarkan musik, malah menyusahkan pengguna kendaraan roda dua yang berdesak-desakan dalam kemacetan.

Pada saat penulis memperhatikan sekeliling di saat kemacetan, dari 10 mobil yang diamati, 8 diantaranya hanya berpenumpang 1 orang, yang tentunya memakan sangat banyak ruas jalan dan menghambat arus kendaraan lain. Lebih parah lagi kalau orang tersebut juga buru-buru, sampai ingin menyelip semua kendaraan yang ada di depannya, dan menghalangi ruas jalan yang seharusnya dapat dilewati pengendara roda dua (lajur kiri).
mac.jpg

2. Terlalu Kepo

Hal ini menjadi salah satu faktor yang menggelitik dari penyebab kemacetan lalu lintas di Indonesia.
Pada saat ada suatu kejadian tertentu, dimana banyak orang yang berkumpul di suatu titik, baik itu hanya sekedar berkumpul dan bercengkrama. Berdasarkan pengalaman pribadi, penulis pernah melalui jalan protokol di Kota Makassar, dan tanpa sebab yang jelas di hari Minggu pagi yang cerah, yang umumnya jalan bisa dibilang tidak ramai, dan persentase kemacetan yang terjadi sangat kecil.
Suatu hari, jalanan tersebut sangat penuh, bahkan macet sampai 2 kilometer panjangnya, jadi terpaksa terus mengikuti lambatnya arus kendaraan disana karena tidak bisa memotong lewat jalur lain.
Setelah sekitar 30 menit berjalan, hanya sekitar kilometer jauhnya, akhirnya sampai di ujung kemacetan tersebut, dan ternyata di ujungnya hanya ada banyak orang yang berkumpul di Circle K dengan menggunakan jaket kulit hitam (15 – 20 orang), APA?? dan saya melihat di sekitar saya, sesama pengendara yang lain, memperlambat jalannya kendaraan mereka (10 km per jam), dan terus menengok ke arah kumpulan tersebut selama 5-10 detik, dan ironisnya menimbulkan kemacetan yang cukup panjang. Nyatanya, kemacetan ini tidak seharusnya terjadi pada saat tersebut, tetapi karena masyarakat Indonesia terlalu kepo sehingga terjadi kemacetan.

3. Terlalu lambat

Terlalu lambat yang dimaksud disini adalah pengendara yang berada di barisan paling depan.
Apalagi di jalan yang sempit, sehingga memperlambat arus kendaraan, dan menyebabkan kemacetan.
Penulis seringkali menemukan kondisi seperti ini di jalan raya, dan sehingga akan timbul perasaan macet tersebut.
mac3.png

4. Ugal-ugalan

Terjadi kemacetan karena pengendara yang lain menjadi “takut” dengan pengendara lain yang ugal-ugalan, takut disenggol, dicopet, dll.
Sehingga akan memperlambat laju kendaraannya hanya agar pengendara ugal-ugalan tadi pergi jauh kedepan dan tidak terlihat lagi.
Seperti halnya di nomor 3 diatas, terlalu lambat dalam berkendara dapat menyebabkan kemacetan.

5. Tidak mematuhi lalu lintas

Hal ini berhubungan dengan nomor 4 diatas,
Salah satu hal yang menyebabkan kemacetan ini adalah pada saat pengendara berhenti di depan marka pembatas jalan di lampu merah, atau berhenti di zebra cross.
mac4.jpg
Hal ini dapat menghambat bahkan sampai menghalangi arus kendaraan di jalur yang berlawanan.
Karena keegeoisan pada pengendara seperti ini, akan menimbulkan kemacetan yang berlanjut. Karena jika di satu jalur kendaraan telah menumpuk, maka di jalur yang lain akan menumpuk pula, jika tidak ada pihak yang bertugas memecah jalur tersebut.

6. Komunitas kendaraan mewah yang dikawal polisi seenaknya saja memotong lalu lintas

Ini hal yang membuat penulis paling risih, coba saya bayangkan, sudah panas-panasnya menunggu lampu merah, terus pada saat lampu hijau, Ehh, tiba-tiba datang polisi bermotor yang menahan lajur kendaraan yang sedang lampu hijau, hanya untuk mempersilahkan komunitas kendaraan mewah, motor besar, dll. untuk dapat memotong jalur kita.
Pertanyaannya adalah apakah hal tersebut harus dilakukan?
Sebenarnya apa yang membuat komunitas tersebut sangat terburu-buru, apakah mereka tidak memikirkan bahwa setiap pengguna jalan juga bepergian untuk memenuhi tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
mac5.jpg
Elanto saat menghadang Polisi dan Komunitas Moge di lampu merah

7. Sering berpindah jalur secara tiba-tiba

Kesalahan ini sering dilakukan oleh pengendara dibawah umur dan ibu-ibu yang tidak mengenakan helm, dan tidak mematikan lampu weser motornya. Hal ini mungkin tidak perlu dijelaskan panjang lebar, karena hal ini sering dibicarakan menjadi meme dan di media sosial.
Begitu pula dengan anak dibawah umur, yang seringkali ugal-ugalan dan tidak mengetahui dan berpikir mengenai cara berkendara yang benar dan menghargai pengemudi lain. Itulah mengapa seharusnya anak dibawah umur belum boleh mengendarai kendaraan, karena belum bisa berpikir logis, dan masih egois terhadap dirinya sendiri. Walaupun ironisnya, ada anak dibawah umur yang telah diIZINkan oleh orang tuanya berkendara ke sekolah mereka, yang nyatanya itu adalah hal bodoh untuk dilakukan orang tua. Harusnya orang tua memberikan teladan bagi anak-anak mereka.

8. Mobil menutupi seluruh badan jalan

Sebelum dijelaskan mengenai poin yang ini, penulis ingin kamu menjawab pertanyaan ini,
Apakah pada saat kamu mengendarai mobil, kamu lebih memilih berada di belakang mobil dengan kecepatan yang sama dengan kamu, atau lebih memilih untuk berpindah ke jalur lain yang kosong?
Kamu lebih memilih yang mana?
Karena tingginya gengsi, penulis melihat sebagian besar orang jika berhadapan dengan situasi yang diatas, akan lebih memilih untuk berpindah ke jalur lain, walaupun kecepatannya sama dengan mobil lain yang di depan,
Sehingga pengendara yang seperti itu akan menutupi badan jalan, bahkan seluruh badan jalan.
Jadi, jadilah pengendara, baik itu mobil maupun motor, yang tidak egois, tetap mempersilahkan pengendara lain untuk mendahului kamu, atau paling tidak dengan mendahului pengendara yang di depan tersebut.

9. Pendemo yang seenaknya saja menutup jalan raya

Ini juga sebenarnya menjadi polemik, entah itu dari sisi masyarakat (pengguna jalan) maupun dari mahasiswa. Saya ingin meminta pendapat kamu lagi,
Apakah kamu setuju dengan mahasiswa yang menyampaikan penolakan dan pendapatnya di jalan raya yang disertai dengan penutupan jalan?
Jawabannya bisa berbeda-beda, ada yang setuju ada juga yang tidak setuju.
Coba kamu berpikir sebagai mahasiswa, apa sebenarnya yang kamu lakukan dalam mendemo?
Tidak bisa menjawab?
Terus, ngapain kamu demo?
Penulis lebih mengarah ke arah tidak setuju, mengapa??
Mengingat tujuan utama dari mahasiswa melakukan demo adalah untuk menyuarakan aspirasi MASYARAKAT kepada PEMERINTAH, tidak seharusnyalah mahasiswa sangat egois, untuk mendemokan masalah pribadi lembaga mahasiswa, dan melakukan aksi demo yang menyusahkan MASYARAKAT.
Dapat maksud saya?
Sangat ironi, ketika kamu berpikir bahwa aspirasi yang ingin disampaikan adalah aspirasi dari MASYARAKAT, tetapi dilakukan dengan cara yang juga merugikan MASYARAKAT.

Menjadi ambigu, ketika kamu melakukan demo seperti itu, karena percuma kamu mau membawa aspirasi masyarakat, tetapi harus merugikan masyarakat.

10. Acara nikahan

Acara nikahan yang dilangsungkan di Indonesia seringkali dilakukan di jalan raya, dengan mengambil separuh badan jalan ataupun seluruh badan jalan. Padahal nyatanya, hal tersebut merugikan pengendara maupun undangan yang hadir disana. Pengendara dirugikan karena harus memutar dan membuat macet arus lalu lintas. Undangan dirugikan pula, karena memakan semua polutan, dan logam berat seperti timbal di dalam makanan mereka, yang dampaknya sangat buruk bagi kesehatan.
mac8.jpg

Apa yang harus dilakukan pengendara dan orang tua yang baik?

Cara yang paling baik adalah dengan cara teladan untuk mendidik anak-anak, dan adik-adik kamu di Indonesia.
Karena sudah sewajarnya seorang anak manusia untuk menganggap benar dan mengikuti hal yang dilakukan oleh orang terdekatnya (orang tua, saudara, sepupu), seperti halnya balita yang mengikuti apapun yang dikatakan oleh orang tuanya dalam belajar berbicara.
Begitu terus sampai anak berusia min. 15 tahun, dan dapat berpikir lebih baik dan logis dibandingkan balita.
Jadi seorang tua dapat memberikan contoh dengan cara sederhana, seperti berkendara selalu mengenakan helm, tidak melanggar lampu merah, dan tidak mengizinkan anak dibawah umur mengendarai kendaraan di jalan raya.

Tidak egois dalam berkendara

Hal ini juga perlu dilakukan sebagai pengendara yang baik, dengan memberi pengendara lain jalur untuk mendahului, dan tidak egois menutup seluruh badan jalan.
Lebih baik menggunakan kendaraan roda dua dibanding dengan menggunakan mobil hanya sendirian di jalan protokol yang rawan terjadi kemacetan.

Apakah hal tersebut diatas juga kamu alami?

Ayo lakukan perubahan demi menanggulangi kemacetan di Indonesia, karena ternyata penyebab kemacetan di Indonesia tentu saja ada di tangan kamu selaku yang turun langsung di jalan raya.
Sekaligus, kamu sebagai orang yang dapat memperbaiki kemacetan di Indonesa tersebut, dengan berpikir logis dalam berkendara.

Revolusi mental!

                Kemacetan dipandang sebagai tidak seimbangnya rasio panjang jalan dengan jumlah kendaraan. Ketika jumlah kendaraan kian meningkat, solusinya adalah menambah jaringan jalan. Namun jaringan jalan baru tetap tak bisa mengurangi kepadatan lalu lintas. Pemecahan masalah kemacetan tersebut kurang tepat dilaksanakan karena penyelenggaraan transportasi Jakarta masih menggunakan pendekatan penyediaan infrastruktur untuk mengantisipasi volume kendaraan di masa depan. Penyediaan angkutan massal untuk mengatasi kemacetan Jakarta baru bisa terselenggara tahun 2004. Setahun sebelumnya terlontar ide untuk membatasi penggunaan kendaraan dengan program three in one. Tujuannya untuk mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke busway. Namun program yang mewajibkan satu mobil untuk membawa penumpang minimal tiga orang tersebut hanya memindahkan kemacetan ke ruas jalan lain. Peran bus transjakarta yang sudah beroperasi sembilan tahun pun juga belum maksimal karena belum bisa sepenuhnya menarik minat pengguna kendaraan pribadi.
                 Langkah pembatasan kendaraan dan busway tersebut sebenarnya sudah tepat. Namun penerapannya terbalik. Menurut Ellen SW Tangkudung, Kepala Laboratorium Transportasi Departemen Teknik Sipil UI, langkah yang tepat untuk mengurangi kemacetan adalah menyediakan angkutan massal yang memadai terlebih dulu. Adanya angkutan massal, akan menarik orang untuk beralih ke transportasi massal. Selanjutnya diperlukan kebijakan pembatasan kendaraan, untuk mendorong penggunaan angkutan massal secara maksimal.Penyediaan angkutan publik jangan sekadar pada armada dan jaringannya saja, tapi juga sarana pendukungnya. Seperti fasilitas pejalan kaki, park and ride, jadwal yang teratur, dan waktu tunggu yang singkat. Hal tersebut juga menjadi faktor penting untuk menarik orang menggunakan angkutan umum. Proses mendorong orang menggunakan angkutan publik perlu waktu yang lama dan tidak bisa instan dilakukan. Singapura butuh waktu 5-7 tahun untuk memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum. Sejak 1987 pemerintah Singapura telah mengembangkan jaringan kereta api yang disebut MRT Singapore. Bersamaan dengan penyediaan jaringan MRT Singapore, pemerintah menerapkan sistem Electronic Road Pricing (ERP) dan pembatasan kepemilikan mobil. Alhasil dengan pembatasan tersebut masyarakat Singapura tidak lagi bergantung pada kendaraan pribadi dan mengandalkan jaringan MRT untuk melakukan mobilitas.

Solusi Baru
Saat ini pemerintah tengah menggodok sejumlah usulan baru untuk mengatasi kemacetan. Usulan yang termasuk dalam Pola Transportasi Makro Jakarta (2007) tersebut adalah pembangunan angkutan massal MRT dan monorel, pembatasan kendaraan dengan sistem ganjil genap, serta pembangunan enam ruas jalan tol. Ketiga alternatif solusi tersebut bersaing untuk dilaksanakan terlebih dahulu. Masyarakat menghendaki penyediaan transportasi publik terlebih dulu dibandingkan dengan pembangunan enam ruas tol dan pembatasan kendaraan ganjil genap. Sebanyak 67 persen responden jajak pendapat Kompas pertengahan maret lalu menginginkan, pembangunan transportasi massal didahulukan ketimbang pembangunan tol. Sekitar 65 persen responden juga menilai pembangunan transportasi publik lebih baik dilaksanakan dulu daripada pembatasan kendaraan ganjil genap. Harapan masyarakat tersebut akan bertolak belakang dengan biaya yang dibutuhkan. Biaya penyediaan angkutan monorel dan MRT relatif besar. Biaya untuk monorel yang dibangun dari dana swasta dan konsorsium lima BUMN, diperkirakan mencapai Rp 30 triliun. Sedangkan total biaya pembangunan MRT yang menggunakan dana pinjaman JICA mencapai Rp 40 triliun.

Investasi cukup besar pun akan dibutuhkan untuk membangun enam ruas jalan tol. Total biaya yang dibutuhkan Rp 42 triliun. Adapun biaya untuk pembatasan kendaraan jauh lebih murah. Pembatasan kendaraan hanya merupakan kebijakan yang tidak memerlukan tender proyek, teknologi tinggi, serta investasi besar. Sekitar Rp 12,5 miliar dibutuhkan untuk pengadaan stiker penanda nomer genap dan ganjil. Jika melihat dari sisi biaya, alternatif penyediaan transportasi massal akan kalah dengan pembatasan kendaraan. Namun, jika belajar dari pengalaman masa lalu, pembangunan monorel dan MRT jauh lebih efektif untuk mengatasi kemacetan. Idealnya pembatasan kendaraan dilaksanakan setelah jaringan transportasi massal tersedia dan terbangun dengan sempurna. Jika dipaksakan dilaksanakan sebelum jaringan transportasi massal siap, akan memunculkan banyak resiko. Bisa saja nasibnya seperti program 3 in 1 yang hanya memindahkan kemacetan ke tempat lain. Atau jumlah kendaraan semakin bertambah karena masyarakat akan mempunyai lebih dari satu kendaraan dengan plat ganjil dan genap.

Namun, jika program ini sudah mendesak dilakukan, harapan terbesar bergantung pada angkutan publik yang ada (busway, kereta komuter, angkutan pengumpan, serta angkutan umum). Dengan catatan armada, jaringan, dan fasilitasnya sudah ditambah dan diperbaiki.  Kalau saja belum berhasil dipenuhi, kebijakan tidak akan berjalan efektif, masyarakat akan tetap menggunakan kendaraan pribadinya dan semakin menambah kepadatan lalu lintas.

Angkutan Massal
Investasi mahal dari pengadaan angkutan massal tidak akan sia- sia karena akan bisa mengurangi kemacetan lalu lintas. Tentu saja dengan ketersediaan angkutan yang memadai yang ditunjang dengan manajemen pengelolaan yang baik.Angkutan massal ini berperan penting untuk bisa memindahkan orang dalam jumlah besar secara bersamaan. Angkutan yang beroperasi pada jalur khusus, mempunyai rute, jadwal tertentu dan tempat pemberhentian khusus tersebut bisa menggantikan peran kendaraan pribadi yang berpotensi meningkatkan volume lalu lintas.

Bayangkan sebelum ada bus Transjakarta, 51 mobil yang mengangkut 85 penumpang akan bergerak di jalan. Setelah ada bus Transjakarta, 85 penumpang bisa diangkut hanya dengan satu buah bus. Juga dengan kereta komuter yang bisa mengangkut lebih dari 1.000 penumpang dalam satu rangkaian. Tanpa ada kereta, mobilitas dari wilayah pinggiran akan dipenuhi oleh 250 mobil atau 500 sepeda motor yang tentu saja semakin menambah kemacetan.

Kapasitas monorel dan MRT bisa disandingkan dengan bus transjakarta sebagai moda transportasi yang ada di jaringan transportasi dalam kota. Sampai saat ini, busway yang telah berkembang menjadi 12 koridor bisa mengangkut 500 ribu orang setiap harinya. Sedangkan MRT yang direncanakan beroperasi pada dua jalur, diharapkan bisa mengangkut 460 ribu orang per hari. Juga dengan monorel yang ditargetkan bisa membawa 200 ribu penumpang tiap harinya. Rute monorel direncanakan menghubungkan pinggiran Jakarta di selatan dan timur ke pusat kota, serta rute khusus ke Bandara dari Pulogadung.

Meski kapasitas monorel dan MRT di bawah busway, tapi jika dibangun pada jalur yang tepat, sangat bisa membantu pergerakan masyarakat di dalam kota Jakarta. Masyarakat tidak hanya bergantung pada busway saja sebagai transportasi massal di dalam kota. Seperti rute MRT tahap I yang dibangun dari Lebak Bulus – Kampung Bandan. Rute MRT yang melewati Blok M – Kota akan bersinggungan dengan rute bus transjakarta koridor 1. Diharapkan sebagian rute yang berhimpit tersebut bisa meningkatkan efektifitas dua transportasi massal. MRT bisa mengurangi beban busway koridor 1 yang jumlah penumpangnya paling tinggi. Namun jika tiket MRT lebih mahal, bisa jadi MRT yang melewati Blok M – Kota tak diminati masyarakat.

Pembangunan Jalan Tol 
Hampir serupa dengan pembangunan monorel/MRT. Investasi yang dikeluarkan pemerintah untuk membangun jalan tol juga sama besarnya. Akan tetapi dampak yang ditimbulkan setelah pembangunan akan berbeda dengan penyediaan angkutan massal. Pengalaman masa lalu membuktikan pembangunan jalan semakin memicu peningkatan volume lalu lintas. Hasil penelitian PT Pembangunan Jaya (2005) menyebutkan setiap pertambahan jalan sepanjang satu kilometer akan dibarengi dengan peningkatan jumlah kendaraan (sekitar 1.923 mobil). Jadi dapat dibayangkan jika enam ruas jalan tol sepanjang 69,6 kilometer jadi dibangun akan berpotensi meningkatkan jumlah kendaraan menjadi sekitar 133 ribu unit. Penambahan ratusan ribu kendaraan tersebut akan semakin menambah padat jalan Jakarta.

Usulan ini juga kontradiktif dengan rencana pembatasan kendaraan dan pembangunan monorel/MRT. Pemerintah sedang berupaya menarik minat masyarakat untuk menggunakan angkutan massal dan mendorongnya untuk meninggalkan kendaraan pribadinya. Tapi adanya rencana tersebut semakin membuat orang untuk tidak mau meninggalkan kendaraan pribadinya. Dampak negatif lain yang muncul, seperti meningkatkan pencemaran udara di Jakarta. Struktur jalan saling silang bersusun di kota akan merusak keindahan kota. Belum lagi kemacetan yang juga pasti akan muncul saat proses pembangunan.
           
Solusi Mengatasi Kemacetan Jakarta

Monorel MRT Jalan Tol Kebijakan Ganjil Genap
Deskripsi –          Jalur KA tunggal.
–          Relnya terbuat dari beton dan roda keretanya dari karet.
–          Mempunyai jalur khusus rel sendiri yang ditempatkan di atas tiang


Diharapkan Kapasitas 200 ribu orang per hari.
–    Mass Rapid Transit berbasis rel jenis heavy rail transit.
–    Kereta berkinerja tinggi, beroperasi pada jalur khusus (biasanya tanpa persimpangan).
–    Jalur akan dibangun di dalam tanah (subway) dan melayang
Diharapkan 460 ribu orang /hari.
Enam ruas jalantol


–    Mengatur kendaraan (sepeda motor/mobil) bernomor plat genap atau ganjil yang boleh melewati sejumlah ruas jalan dalam sehari.
–    Pembatasan diberlakukan pukul 6.00 – 20.00 pada Senin-Jumat.
–    Pembatasan tidak berlaku Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional
Panjang Panjang : 124,1 km Panjang : 221,6 km (110,8 km + 23,8 km+87 km) Panjang : 69,6 km
Biaya
  • Jalur green line&blue line : Rp 7 triliun
  • Konsorsium BUMN : Rp 8 triliun
Biaya konstruksi:  Rp 15 triliun.
Total biaya :Rp 40 triliun
Rp 42 triliun Anggaran pengadaan stiker Rp 12,5 miliar untuk sekitar 2,5 juta mobil
Rute
  • Kuningan-Setiabudi (Green line)
  • kampung Melayu-TamanAnggrek (Blue line )
  • Sentul-Cibubur-Cawang
  • Cikarang-Bekasi Timur-Cawang
  • Cawang-Kuningan-Palmerah
  • Pulogadung-Kelapa Gading-Harmoni-Kalideres-Bandara
Direncanakan 2 jalur :
–          Selatan-Utara:Lebak Bulus-Kampung Bandan
–          Timur – Barat
1. Semanan-Rawa Buaya-Grogol-Sunter
2. Sunter-Pulogebang-Rorotan
3. Kemayoran-KampungMelayu
4. DuriPulo-Tanah Abang-Casablanca-kampungMelayu
5. Ulujami – Tanah Abang
6. Pasar Minggu-Casablanca
–    Fase I Diberlakukan di Jl. Sudirman, MH Thamrin, Gatot Subroto, Rasuna Said, selama 3 bulan
–    Fase II ,diberlakukan sepanjang jalan yang dilalui koridor busway timur dan barat.
–    Fase III, dimulai setelah busway yang dipesan telah datang, dan diberlakukan di seluruh jalan yang dilalui busway dan di dalam lingkar dalam kota
Sumber: Litbang Kompas/PUT diolah dari berbagai sumber
              
Metode Jajak Pendapat
Pengumpulan pendapat melalui telepon ini diselenggarakan Litbang Kompas pada 18-19 Maret 2013. Sebanyak 560 responden berusia minimal 17 tahun dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis dari buku telepon terbaru. Responden berdomisili di DKI Jakarta. Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, nirpencuplikan penelitian ± 3,9 persen. Meskipun demikian, kesalahan di luar pencuplikan dimungkinkan terjadi. Hasil jajak pendapat ini tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh masyarakat.

Namun sejatinya perkembangan jalan dan laju kepemilikan kendaraan pribadi harus dibatasi. Baik dengan regulasi pemerintah atau peraturan perundang lainnya. Jangankan di Kota Besar macam Jakarta, di Desa kecil saja sudah malas untuk berjalan kaki dan naik kendaraan umum. Bagaimana mentalnya bisa terbentuk jika dimanjakan selalu? mikir!

Sumber-sumber:
https://planenvironment.wordpress.com/2013/04/17/angkutan-massal-kunci-mengatasi-kemacetan/
https://frdoom.wordpress.com/2016/09/10/10-fakta-mengejutkan-kemacetan-terkini-di-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HARI BARU

 Selamat Siang! kembali bertemu lagi, maafkan vacum yang begitu lama karena satu dan lain hal juga status baru aku. Alhamdulillah resmi meni...