“Wahai putriku, engkau akan menghadapi kehidupan baru. Kehidupan yang
di dalamnya tidak ada tempat bagi ibumu, ayahmu, atau salah satu
saudara-saudaramu. Engkau akan menjadi teman bagi seorang laki-laki yang
tidak ingin ada seorang pun menyertainya mengenai urusanmu, meskipun
darinya ia berasal hingga meski itu dari daging dan darahmu.
Wahai putriku, jadilah engkau baginya seorang istri dan juga seorang
ibu. Buatlah ia merasa bahwa engkaulah segalanya dalam kehidupan
dunianya. Ingatlah selalu bahwa laki-laki itu adalah bocah besar.
Sedikit ucapan manis terkadang membuatnya bahagia.
Janganlah membuatnya merasa bahwa pernikahannya denganmu telah
menghalangimu dari keluargamu. Karena perasaan-perasaan seperti itu
kadang akan membangkitkannya. Sebab ia juga telah meninggalkan rumah
orang tua dan keluarganya semata-mata karenamu. Akan tetapi, perbedaan
antara dirimu dan dirinya adalah perbedaan antara perempuan dan
laki-laki.
Perempuan akan selalu merindukan keluarga dan rumahnya, tempat ia
dilahirkan, tumbuh berkembang dan belajar. Namun, ia harus mulai
membiasakan diri dengan kehidupan baru ini. Ia harus mulai
mengadaptasikan kehidupannya bersama seorang laki-laki yang kini telah
menjadi suaminya, pemeliharanya, serta ayah dari anak-anaknya. Inilah
duniamu yang baru.
Wahai puteriku, inilah kehidupanmu di masa kini dan masa yang akan
datang. Inilah keluargamu, tempat kalian berdua –engkau dan suamimu-
membangunnya bersama-sama. Adapun kedua orang tuamu maka mereka adalah
masa lalu. Namun, sungguh aku tidak memintamu untuk melupakan ayahmu,
ibumu, maupyun saudara-saudaramu. Sebab, mereka sekali-kali tidak akan
pernah melupakanmu. Bagaimana bisa seorang ibu akan melupakanmu, sedang
engkau adalah buah hatinya. Akan tetapi, aku memintamu agar mencintai
suamimu, hidup untuknya, serta berbahagia dengan kehidupanmu bersamanya”
Itulah, seuntai nasihat berharga dari Ummu Mu’ashirah untuk putrinya,
termasuk juga untuk para muslimah lainnya di mana pun berada. Jika
disederhanakan tentang nasihat Ummu Mu’ashirah ini pesannya adalah agar
seorang wanita yang telah menikah mengutamakan ketaatan pada suaminya
dibanding pada orangtuanya sendiri. Sebab oleh itu, pilihlah laki-laki
terbaik untuk menjadi suami agar setiap perintah dan tatarannya semakin
mendekatkanmu pada Allah Swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar