Tanpa terasa bulan sekarang (dalam kalender Hijirah) sudah memasuki
bulan Sya’ban, itu pertanda bahwa bulan depan kita akan memasuki
bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, bulan penuh pahala dan bulan penuh
kebaikan.
Keutamaan Ramadhan tidak kita sangsikan;
dari keberkahan, pahala suatu amal yang dilipatgandakan, dan ampunan.
Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Siapa
yang terhalang kebaikan darinya, sungguh ia orang merugi. Karenanya,
setiap muslim harus merasa gembira saat Ramadhan tiba.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepada para sahabatnya,
أَتَاكُمْ
رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ
صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ
الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ
لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Telah datang kepada kalian bulan
Ramadhan, bulan penuh berkah. Bulan yang Allah jadikan puasa di dalamnya
fardhu (kewajiban). Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka,
pintu-pintu neraka ditutup, dibelenggu pemimpin setan, dan di dalamnya
Allah memiliki 1 malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang
diharamkan dari kebaikannya maka sungguh dia telah-benar-benar
diharamkan kebaikan.” (HR. Al-Nasai dan al-Baihaqi, Shahih al-Targhib, no. 985)
Imam Ibnu Rajab berkata: Hadits ini
dasar dalam tahniah dari sebagian manusia kepada sebagian yang lain
dengan datangnya bulan Ramadhan, bagaimana seorang mukmin tidak
bergembita dengan dibukakanya pintu-pintu surga? Bagaimana seorang
pendosa tidak bergembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Bagaimana
orang berakal tidak bergembira dengan masa yang syetan dibelengg di
dalamnya?”
Karenanya, seorang mukmin pantas
bergembira dengan datangnya bulan (Ramadhan) ini. Ia bersungguh-sungguh
dalam mengerjakan amal shalih di dalamnya. Ia bergembira dengan
kedatangannya sebagaimana Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyampaikan kegembiraan kepada sahabatnya dengan kedatangan bulan mulia ini.
Bagaimana pun keadaan kita, apakah kita siap
atau tidak siap, maka bulan Ramadhan pastilah akan datang, dan tentu
beruntunglah orang yang sudah mempersiapkan diri menyambut bulan
Ramadhan, karena dengan persiapan tentu saja hasilnya akan lebih baik.
Berbicara tentang persiapan, apa yang mesti kita persiapkan untuk
menyambut Ramadhan. Berikut beberapa persiapan yang harus kita
persiapkan, yaitu:
1. Persiapan Ruhiyah (Keimanan)
Rasulullah
saw, mengajarkan kepada kita tentang sebuah do’a menjelang Ramadhan,
yaitu: (ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan
sampaikan usia kami di bulan Ramadhan).
Persiapan secara keimanan
berupa pengendalian diri sejak sekarang untuk tidak melakukan maksiat,
seperti menjaga pandangan dan lain-lain. Semoga dengan kebiasaan untuk
menahan diri pada bulan Sya’ban, akan memudahkan kita menahan diri di
bulan Ramadhan sehingga ibadah shaumnya jadi sempurna.
2. Persiapan Jasadiyah (Jasmani)
Ramadhan
adalah bulan ketika kita melakukan kebaikan maka kita akan mendapatkan
pahala yang berlipat, ibadah sunnah akan mendapatkan pahala wajib dan
pahala ibadah wajib berlipat-lipat, sangat disayangkan ketika tiba
bulan Ramadhan dan kita dalam kondisi sakit, maka kita tidak bisa
mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pahala yang berlipat.
Persiapan fisik bisa dilakukan dengan cara berolah raga secara rutin
serta sudah membiasakan diri dengan shaum sunnah.
3. Persiapan Tsaqafiyah (Keilmuan)
Rasulullah
saw, bersabda:”Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah)
yang bukan urusan (agama/contoh) kami, maka ibadah tersebut tertolak”
(HR. Muslim).
Memahami tata cara ibadah yang benar, membawa kita
meraih pahala, karena apabila suatu aktifitas ibadah tidak ditunjang
dengan pengetahuan yang baik, maka ibadahnya akan tertolak atau tidak
mendapatkan pahala sama sekali. Persiapan ilmu ini bisa didapat dengan
cara membaca atau menghadiri majelis taklim yang membahas tentang
Ramadhan/Shaum.
4. Persiapan Maaliyah (harta)
Persiapan
harta yang dimaksud bukanlah persiapan harta untuk buka puasa, tetapi
adalah untuk sedekah, karena sedekah di bulan Ramadhan akan mendapat
ganjaran yang berlipat-lipat.
Semoga ibadah Ramadhan tahun ini lebih baik dengan persiapan yang lebih matang. Amiin.
Sekilas Pemaknaan terhadap Kata Marhaban Ya Ramadhan
Kata “marhaban” di beberapa kamus yang penulis baca diartikan sebagai penghormatan dalam menyambut tamu yang akan datang (juga diartikan selamta datang). Kata ini bahkan disamakan dengan ahlan wa sahlan yang memiliki arti serupa. Meski di kedua kata ini memiliki arti selamat datang.Namun tidak ada seorang ulama pun yang menganjurkan pemakaian kata ahlan wasahlan untuk dalam menantikan kehadiran tamu agung “ramadhan” sehingga kata yang paling umum digunakan yaitu Marhaban ya Ramadhan.
Dari pemaknaan ini, kata ahlan wasahlan di gunakan sebagai ungkapan dalam menyambut atau “selamat datang”. yang ditengahnya terdapat sebuah kalimat tersembunyi atau tersirat. Jika di urutkan, maka ahlan wasahlan bisa di artikan (kamu sedang di tengah) keluarga dan (telah melalui) dataran rendah yang mudah.”
Kata Marhaban bersal dari kat rahb, atau dalam bahasa indonesia berarti “luas” dan “lapang”, Hal ini menunjukkan bahwa tamu yang akan kita sambut memilik kemuliaan, dimana kita harus dalam keadaan lapang dan senang. Selain itu, kita harus mempersiapkan segala hal yang akan dikerjakan nantinya.
Dari kata ini juga lahir kata rahbat, berarti sebuah ruang yang luas untuk dikendarai. Hal ini dimaksudkan bahwa kita akan mendapatkan sebuah ruangan luas yang nantinya kita gunakan dalam mendapatkan segala kebaikan untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya (setelah bulan ramadhan).
Dari urain tersebut, pengucapan marhaban ya ramadhan dimaksudkan sebagai ucapan kepada bulan ramadhan. Atau sebuah penantian dengan penuh kesenangan, memiliki hati yang senantiasa dalam keadaan lapang, dengan berbagai persiapan yang matang. Shingga dapat di simpulkan bahwa kata “marhaban ya ramadhan” merupakan kendaraan yang akan mengasah diri kita untuk melanjutkan perjalanan yang tertunda (baca: Keistimewaan bulan Ramadhan).
Ada gunung yang tinggi yang harus ditelusuri guna menemui-Nya, itulah nafsu. Di gunung itu ada lereng yang curam, belukar yang lebat, bahka;n banyak perampok yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak melanjutkan.
Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi, bila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu, akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga.
Bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya, Allah Swt. Demikian kurang lebih perjalanan itu dilukiskan dalam buku Madarij As-Salikin.
Sumber: https://www.tongkronganislami.net/marhaban-ramadhan-penuh-berkah/
Sekilas Pemaknaan terhadap Kata Marhaban Ya Ramadhan
Kata “marhaban” di beberapa kamus yang penulis baca diartikan sebagai penghormatan dalam menyambut tamu yang akan datang (juga diartikan selamta datang). Kata ini bahkan disamakan dengan ahlan wa sahlan yang memiliki arti serupa. Meski di kedua kata ini memiliki arti selamat datang.Namun tidak ada seorang ulama pun yang menganjurkan pemakaian kata ahlan wasahlan untuk dalam menantikan kehadiran tamu agung “ramadhan” sehingga kata yang paling umum digunakan yaitu Marhaban ya Ramadhan.
Dari pemaknaan ini, kata ahlan wasahlan di gunakan sebagai ungkapan dalam menyambut atau “selamat datang”. yang ditengahnya terdapat sebuah kalimat tersembunyi atau tersirat. Jika di urutkan, maka ahlan wasahlan bisa di artikan (kamu sedang di tengah) keluarga dan (telah melalui) dataran rendah yang mudah.”
Kata Marhaban bersal dari kat rahb, atau dalam bahasa indonesia berarti “luas” dan “lapang”, Hal ini menunjukkan bahwa tamu yang akan kita sambut memilik kemuliaan, dimana kita harus dalam keadaan lapang dan senang. Selain itu, kita harus mempersiapkan segala hal yang akan dikerjakan nantinya.
Dari kata ini juga lahir kata rahbat, berarti sebuah ruang yang luas untuk dikendarai. Hal ini dimaksudkan bahwa kita akan mendapatkan sebuah ruangan luas yang nantinya kita gunakan dalam mendapatkan segala kebaikan untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya (setelah bulan ramadhan).
Dari urain tersebut, pengucapan marhaban ya ramadhan dimaksudkan sebagai ucapan kepada bulan ramadhan. Atau sebuah penantian dengan penuh kesenangan, memiliki hati yang senantiasa dalam keadaan lapang, dengan berbagai persiapan yang matang. Shingga dapat di simpulkan bahwa kata “marhaban ya ramadhan” merupakan kendaraan yang akan mengasah diri kita untuk melanjutkan perjalanan yang tertunda (baca: Keistimewaan bulan Ramadhan).
Ada gunung yang tinggi yang harus ditelusuri guna menemui-Nya, itulah nafsu. Di gunung itu ada lereng yang curam, belukar yang lebat, bahka;n banyak perampok yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak melanjutkan.
Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi, bila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu, akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga.
Bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya, Allah Swt. Demikian kurang lebih perjalanan itu dilukiskan dalam buku Madarij As-Salikin.
Sumber: https://www.tongkronganislami.net/marhaban-ramadhan-penuh-berkah/
Sekilas Pemaknaan terhadap Kata Marhaban Ya Ramadhan
Kata “marhaban” di beberapa kamus yang penulis baca diartikan sebagai penghormatan dalam menyambut tamu yang akan datang (juga diartikan selamta datang). Kata ini bahkan disamakan dengan ahlan wa sahlan yang memiliki arti serupa. Meski di kedua kata ini memiliki arti selamat datang.Namun tidak ada seorang ulama pun yang menganjurkan pemakaian kata ahlan wasahlan untuk dalam menantikan kehadiran tamu agung “ramadhan” sehingga kata yang paling umum digunakan yaitu Marhaban ya Ramadhan.
Dari pemaknaan ini, kata ahlan wasahlan di gunakan sebagai ungkapan dalam menyambut atau “selamat datang”. yang ditengahnya terdapat sebuah kalimat tersembunyi atau tersirat. Jika di urutkan, maka ahlan wasahlan bisa di artikan (kamu sedang di tengah) keluarga dan (telah melalui) dataran rendah yang mudah.”
Kata Marhaban bersal dari kat rahb, atau dalam bahasa indonesia berarti “luas” dan “lapang”, Hal ini menunjukkan bahwa tamu yang akan kita sambut memilik kemuliaan, dimana kita harus dalam keadaan lapang dan senang. Selain itu, kita harus mempersiapkan segala hal yang akan dikerjakan nantinya.
Dari kata ini juga lahir kata rahbat, berarti sebuah ruang yang luas untuk dikendarai. Hal ini dimaksudkan bahwa kita akan mendapatkan sebuah ruangan luas yang nantinya kita gunakan dalam mendapatkan segala kebaikan untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya (setelah bulan ramadhan).
Dari urain tersebut, pengucapan marhaban ya ramadhan dimaksudkan sebagai ucapan kepada bulan ramadhan. Atau sebuah penantian dengan penuh kesenangan, memiliki hati yang senantiasa dalam keadaan lapang, dengan berbagai persiapan yang matang. Shingga dapat di simpulkan bahwa kata “marhaban ya ramadhan” merupakan kendaraan yang akan mengasah diri kita untuk melanjutkan perjalanan yang tertunda (baca: Keistimewaan bulan Ramadhan).
Ada gunung yang tinggi yang harus ditelusuri guna menemui-Nya, itulah nafsu. Di gunung itu ada lereng yang curam, belukar yang lebat, bahka;n banyak perampok yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak melanjutkan.
Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi, bila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu, akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga.
Bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya, Allah Swt. Demikian kurang lebih perjalanan itu dilukiskan dalam buku Madarij As-Salikin.
Sumber: https://www.tongkronganislami.net/marhaban-ramadhan-penuh-berkah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar