Malam-malam ini rada melow menuliskan kisah yang lampau dari berbagai sumber tanpa mengurangi rasa. Selamat merasakan ;)
Distilasi Alkena adalah
sebuah proses memisahkan dua hati yang pada dasarnya tak bisa dipisahkan
karena suatu ikatan perasaan. Walaupun dalam perjalanannya, hati akan
tumbuh untuk bisa merelakan. Karena cepat atau lambat, entah maut atau
orang lain yang menyebabkan hubungan selanggeng apa pun akan dapat
dipisahkan. Maka, yang terbaik adalah mencintai dalam keikhlasan.
Sebab, ribuan pelukan akan tetap menguap bila dihadapkan sebuah kepergian.
Pernah
bahagia kita merekah indah,
Tanpa
sedikitpun gelisah,
Saat
lantunann rindu adalah alasan setiap pertemuan,
Saat
mencintaimu bukan hanya sekedar lamunan.
Semurung mendung
sederas hujan,
Mimpiku memuai hebat
pada ketiadaan,
Aku tak pernah
menyesal akan keputusanmu memilihnya,
Yang aku sesalkan
adalah tiada sedikitpun kesempatan bagiku membuatmu bahagia.
Kesalahanku,
mejadikanmu alasan segala rindu,
Waktu pun mengurai
tetes hujan menjadi bulir-bulir kenangan,
Ia menelusup tanpa
permisi membasahi nurani,
Merangkak naik
menyusun kata yang dibicarakan oleh pelupuk,
Memaksa mata bekerja
mengeluarkan kalimat penuh derita.
Degup jantung menyapu
detik,
Menyuarakan
penyesalan yang runtuh menitik,
Bukan perih yang aku
ratapi,
tapi pengertian yang
tak pernah kau beri,
SADARLAH! Aku telah
mencintaimu dengan terengah-engah,
Mencibir oksigen
dengan menjadikanmu satu-satunya udara yang aku izinkan mengisi setiap rongga.
Menghempas darah
dengan namamu,
Yang membuat
jantungku tetap berirama,
Padamu aku jatuh
hati,
bahkan sebelum tuhan
merencanakan adam dan hawa diturunkan ke bumi,
kesalahanku, tak
pernah mencintai selain kamu.
Tingkat sepi paling
mengerikan adalah sepi dalam keramaian,
Mengulik rasa secra
primitive dan tak mengenali dunia telah jauh mengalami perubahan,
Bagaimana mungkin aku
menjauh jika hanya padamu keakuanku luluh,
Bagaimana mungkin aku
pergi jika bayanganmu masih saja menghiasi mimpi?
Bagaimana mungkin aku
berpindah bila hanya padamu hatiku bisa singgah?
Bagaimana mungkin?
Kau memilih orang lain.
Detik yang berbaris
hanya membuat pengharapan semakin miris,
Kau tak bergeming,
kau tak pernah menjawab dengan alasan caraku mendambamu terlalu bising,
Otakku terus
meneriakkan penyesalan sembari bertanya tentang kenapa,
Pada sikapmu yang
terlalu membuat semesta menerka-nerka,
Tangkupan tanganku
masih saja menggenggam harap untukmu,
Namun keegoisanmu
membuatnya kosong laksanan harapan semu,
Kesalahanku, isi
doaku tak pernah selain namamu.
Cinta tak selamanya
tentang kepemilikan,
Tapi cinta adalah
tentang keikhlasan,
Segala rela aku
tumpahkan,
Terimakasih atas
segala rasa,
Pada hari itu aku pun
turut mengucap bahagia,
Mencoba ikhlas walau
air mata mengucur deras,
Kesalahanku, adalah
tak pernah merasa,
Bahwa untukku kau tak
pernah punya cinta.
(Wira dalam Distilasi Alkena)
Lagi-lagi imajinasi menertawakanku karena selalu berhasil menemuimu.
Sementara realitas? Dalam realitas kita berdua hanyalah dua orang yang
berlari. Aku sibuk mengejarmu, kau sibuk menghindariku. Oh, tenang. Aku
tidak lelah. Justru, aku menikmati prosesnya.
ia paralel, keadaannya akan jauh berbeda. Walau begitu, kau
tahu aku akan tetap menjadi orang yang sama, yang merindukanmu dengan
sederhana, mengejarmu dengan wajar, menyayangimu dengan luar biasa, dan
menyakitimu dengan mustahil.
Aku tidak mahir mengejar, tapi aku tahu cara menunggumu. Aku tidak
mahir berkata-kata, tapi aku tahu cara mendoakanmu. Aku tidak mahir
memberi saran, tapi aku tahu cara mendengarkanmu. Aku tidak mahir
melawak, tapi aku tahu cara membuatmu bahagia. Aku tidak mahir memimpin,
tapi aku tahu cara menuntunmu. Aku tidak mahir untuk rela mati, tapi
aku tahu cara hidup denganmu. Aku tidak tahu dimana ujung perjalanan
ini, aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi, selama aku mampu,
mimpi-mimpi kita adalah prioritas.
Untuk apa memajang foto kita berdua? Cita-citaku ingin fotomu ada di
buku nikahku. Untuk apa mention-mentionan mesra? Selama ada pulsa, aku
lebih memilih kita berkomunikasi di chatbox, sms, atau telepon. Kita,
cukup kita yang tahu. Untuk apa mengucapkan Happy Anniversary setiap
bulan? Aku ingin menjadi seseorang yang bisa bersamamu tahunan, bukan
bulanan. Untuk apa menulis namamu di bio? Apa belum cukup namamu dalam
setiap doaku pada Tuhan? Karena sebuah kebahagiaan tidak perlu
dipamerkan kepada dunia.
Dalam buku bung Fiersa Besari GARIS WAKTU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar