"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita shalihah" (H.R. Muslim dan Nasa'i)
Rasulullah telah bersabda dalam salah satu haditsnya bahwa seorang
wanita itu dipilih karena empat perkara; namun, yang paling diutamakan
adalah agamanya, kenapa? Karena dengan menikahi wanita yang beragama
niscaya insya Allah hidupnya akan selamat baik itu di dunianya maupun di
akhiratnya, begitu juga dengan wanita tak jauh beda haruslah ia juga
memilih seorang laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupnya itu
seorang yang beragama, karena ia adalah akan menjadi pemimpin dalam
sebuah keluarga. Dan yang akan bertanggung jawab di akhirat kelak
tentang bagaimana kepemimpinannya di keluarganya (-karena yang kita
bicarakan di sini adalah tentang itu).
Sekarang aku bertanya: sudah siapkah engkau dengan semua itu?
Ketika ada seorang yang datang kepadamu, apa yang engkau pikirkan? Apa
yang engkau inginkan darinya? Kriteria yang bagaimanakah yang engkau
dambakan? Apakah semua itu sudah ada padanya?
Kalau engkau pandang bagaimana agamanya, maka itulah yang ahsan,
sebaik-baik pilihan. Karena dialah yang akan mendampingimu di dunia
maupun di akhirat, insya Allah. Kalau yang engkau inginkan adalah
seorang yang bisa menjagamu, menjaga agamamu, manjaga harga dirimu, maka
itu juga bukan merupakan pilihan yang salah. Ataukah engkau inginkan
seorang yang bisa menafkahimu baik lahir ataukah batin, bisa
membahagiakanmu, maka demikianlah yang didambakan oleh setiap wanita.
Ok! Kemudian apakah semua itu telah ada padanya?
Hanya dirimu yang bisa menjawabnya. Pikirkanlah.
Menikah… takut? Ragu? Ataukah perasaan apalagi?
Takut dengan orang tua yang nggak mengijinkanmu menikah saat ini?
Ragu apakah akan bisa mendapatkan pekerjaan setelah status menikah?
Ukhti… semoga Allah Ta`ala selalu menolongmu.
Barangkali suatu hal yang wajar ketika halangan untuk menikah adalah
dari orang tua kita sendiri, barangkali mereka takut putrinya tidak bisa
bekerja untuk membantu suamiya, terkadang yang banyak terjadi adalah
perkataan sebagian orang: “Masak sih kami sebagai orang tuamu yang sudah
menyekolahkanmu sampai setinggi ini akhirnya hanya menikah tanpa
mencari kerja dulu…” Dan mungkin banyak perkataan serupa yang bisa saja
keluar dari keluarga kita. Dan… semua itu akan kembali pada sejauh mana
kita bisa mendekati mereka, mengajak bicara mereka, menasihati mereka
kepada kebaikan dan ketaqwaan.
Ukhti… semoga Allah Ta`ala senantiasa menolongmu.
Berapa kali harus aku katakan, hendaklah kita bersabar dalam mendakwahi mereka…
Sungguh mereka itu adalah belum mengerti dan semoga Allah memberikan
kepada kita petunjuk dan hidayah kepada mereka dan kepada kita. Wahai
ukhti, berilah mereka pengertian dengan cara yang baik dan nasihat yang
menyembuhkan dengan senantiasa berdoa memohon kepada Allah agar diberi
kemudahan.
Kalau saja mereka para orang tua dapat berpikiran seperti apa yang kita
pikirkan, barangkali pernikahan itu bukanlah sebuah permasalahan, hanya
saja, terkadang masing-masing orang mempunyai keunikan sendiri-sendiri,
ada yang orang tuanya sudah mengijinkan, justru anaknya belum siap,
alasannya macam-macam, ada yang bilang merasa belum mampu untuk
menjalaninya (-terus kapan?), ada yang bilang juga gak siap, ada yang
bilang… banyak deh! (-tahu kan maksudku?)
Nah, masalah datang ketika kita semakin menunda-nunda pernikahan itu,
apalagi bagi seorang wanita, pernah terpikir gak? Bagaimana ketika usia
itu semakin bertambah, kita sudah tersibukkan oleh pekerjaan duniawi,
sampai-sampai lupa memikirkan tentang menikah, bahkan gak terpikir lagi
untuk menikah… aku yakin engkau bukan termasuk tipe ini. Hanya saja,
sudahkah niatmu bulat untuk menikah? sudahkah engkau menargetkan di usia
berapa akan menikah? Kembali lagi ke pertanyaan di atas, kriteria yang
bagaimanakan yang engkau dambakan? Jangan sampai semua itu berlalu
sia-sia hanya karena kesibukan dunia semata.
Kemudian untuk artikel pernikahan, atau menuju ke sana, aku gak bisa
merujuknya secara tepat; nah, mungkin aku sarankan untuk membaca
majalah-majalah seperti Majalah Nikah, Majalah Asy Syariah dalam halaman
Sakinah, atau majalah lain yang Islami tentunya banyak engkau jumpai di
toko buku atau internet…
Barangkali itu dulu aja yang bisa aku tuliskan, semoga ada manfaatnya
bagi kita. Kalau ada benarnya itu datangnya dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala, adapun jika terdapat banyak salah dan keliru itu datangnya
adalah dari kebodohanku dan dangkalnya keilmuanku. Jadi, luangkan
waktumu sekedar untuk mengkritisi kata-kataku atau sekedar jawaban dari
pernyataan-pernyataanku di atas. Wallahu a’lam.
Jazakillahu khairan atas semuanya semoga Allah memberikan barakahNya kepadamu.