Tak mudah membagi waktu antara peran sebagai ibu dan seorang
profesional. Kesulitan ini berpangkal dari pola pikir patriarki yang
mengakar dalam masyarakat, bahwa ibu yang adalah sosok yang paling
(satu-satunya) bertanggungjawab kepada tumbuh kembang anak. Maka, tak heran jika “mommy war” antara ibu rumah tangga dengan ibu
bekerja penuh waktu masih sering mewarnai postingan media sosial kita.
Tanpa dibumbui oleh perdebatan sengit antara para ibu ini pun, dengan
konstruksi sosial yang ada dalam masyarakat tentang perempuan, seorang
ibu yang kebetulan memilih untuk juga berkecimpung dalam ruang publik
sering terhimpit perasaan bersalah karena perhatiannya harus terbagi
antara pekerjaan dan keluarga.
Banyak yang menghalalkan cara untuk menitipkan anaknya kepada orang tua atau pada baby sitter. Padahal karakter yang akan terpatri dalam dirinya akan berbeda dengan jika ibunya sendiri yang membesarkan, mendidik.
Ah sudahlah, yang pasti bisa dilakukan dengan yang terbaik. Ibu rumah tangga atau ibu pekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar