Kenapa kita harus berkeluarga ? Dan mengapa kita harus membentuk keluarga yang islami ?
Ini kata tanya yang harus dijawab dan ada jawabannya. Pas denger satu kata tanya ini pun jawabanku hanya receh, lantas menyesal tak ada ilmu sebelum eksekusi? IYA BANGET! Jadi saat ini yuk belajar lagi ... Motivasi ini saya sadur dari berbagai sumber untuk jadi referensi bacaan ibu-ibu semua ya, semoga berkah.
Ini kata tanya yang harus dijawab dan ada jawabannya. Pas denger satu kata tanya ini pun jawabanku hanya receh, lantas menyesal tak ada ilmu sebelum eksekusi? IYA BANGET! Jadi saat ini yuk belajar lagi ... Motivasi ini saya sadur dari berbagai sumber untuk jadi referensi bacaan ibu-ibu semua ya, semoga berkah.
Ini adalah pertanyaan lanjutan yang perlu diajukan dan jawabannya
perlu dipahami oleh setiap pasangan yang akan segera menikah maupun
sudah menikah. Karena jangan sampai kita menikah, kita berkeluarga dan
tidak paham apa tujuannya. Ibarat sebuah perjalanan, maka perlunya
tujuan ini adalah perjalanan yang kita tempuh terarah dan memiliki alur
yang jelas.
Saat kita memiliki tujuan yang jelas tentu kita juga dengan mudah
untuk memilih panduan dan rambu-rambu yang akan menjadi penuntut kita
selama dalam perjalanan. Membangun kehidupan rumah tangga adalah sebuah
perjalanan. Perjalanan yang sangat panjang. Beberapa orang bijak lainnya
menyebut membangun rumah tangga adalah sebuah proses berlayar,
pelayaran yang sangat jauh. Makanya tidak salahlah banyak yang
mengatakan, kalau pernikahan adalah sebuah proses menghabiskan sisa usia
kita.
Sebelum menjelajahi apa saja tujuan dari membentuk keluarga Islami.
Kita perlu lihat sejenak apa itu makna dari keluarga. Dalam ilmu sosial
kita belajar keluarga adalah organisasi terkecil dalam tatanan
masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebuah negara dibangun dari gabungan
organisasi-organisai kecil ini. Kalau kita ibaratkan negara adalah satu
bangunan maka keluarga ini adalah batu bata- batu bata penyusunnya.
Yang mana semakin bagus dan baik batu bata – batu bata ini maka semakin
kokoh jugalah bangunannya. Begitu juga sebaliknya jika batu bata
penyusunnya rapuh maka akan rapuh dan goyah juga bangunannya.
Karena keluarga adalah bagian terpenting dalam sebuah negara atau
bangsa, maka ketika kita berharap membangun satu negara atau bangsa yang
kokoh, mulailah dari membangun keluarga yang kokoh. Keluarga yang kokoh
tentu adalah keluarga yang tau tujuannya, lebih lanjut yang kita maksud
keluarga yang kokoh disini adalah keluarga yang menjadikan Al-qur’an
dan sunnah sebagai tuntunan kehidupan mereka. Merekalah keluarga islami.
Memelihara dan meneruskan kehidupan islami
Tujuan pertama dari membentuk keluarga adalah sebagai penerus
keturunan dan kehidupan suatu bangsa. Agar suku bangsa tersebut tidak
punah. Allah Swt berfirman :
“Hai manusia ! Berbaktilah kepada Tuhan kamu yang telah menjadikan
kamu dari satu diri, dan ia jadikan daripadanya pasangannya, dan ia
bangkitkan dari mereka berdua, laki-laki yang banyak serta
perempuan-perempuan”
(Q.s.an-nisa; 1)
(Q.s.an-nisa; 1)
Kita sebagai umat Islam tujuannya tentu meneruskan generasi Islami,
agar generasi ini tetap hadir di setiap zaman, setiap bangsa untuk
membawa kebaikan bagi semesta.
Menjaga diri dari kerusakan moral
Adanya ketertarikan antara laki-laki dan wanita adalah fitrah dari
Allah Swt, dan fitrah ketertarikan itu juga disertai oleh nafsu syahwat
yang selalu menuntut pemenuhannya. Maka pernikahan adalah cara agar
pemenuhan hasrat seksual itu berada dalam koridor syar’i. Membentuk
keluarga adalah untuk melindungi anak-anak yang lahir dari aktivitas
hubungan seksual tersebut. Dan memastikan anak-anak yang lahir adalah
generasi islam.
Kita bisa saksikan hari ini seperti apa dampak buruk dari tidak
terjaganya fitrah ini. Kerusakan moral, pergaulan bebas, anak-anak di
bawah usia telah melakukan hubungan layaknya suami istri, aborsi
dimana-mana hingga yang juga sangat mengerikan adalah wabah penyakit HIV
dan AIDS akibat dari pergaulan bebas ini.
Allah Swt menyebut kalau pernikahan adalah hishn, atau ‘istana’
(tempat berlindung) dari kehidupan yang sesat. Begitu Ustadz Muhammad
Thalib memberi penjelasan.
Dalam surah Annisa ayat ke 25 Allah Swt mengingatkan kita hamba-Nya terkait persoalan ini.
“.. maka kawinilah mereka dengan izin ahli-ahli mereka, dan berilah mereka mas kawin dengan cara yang baik, (karena) mereka berkawin bukanlah berzina dan bukan pula mengambil gundik…”
Hadirnya ketenangan dan kenyaman
Secara psikologis seorang wanita membutuhkan laki-laki sebagai
pengayom dalam hidupnya. Yang mana orang inilah yang akan menjadi
memimpin, menjaga dan mendengarkan keluh kesahnya. Begitu juga bagi
seorang laki-laki membutuhkan pendamping wanita dalam hidupnya. Tidak
hanya soal hasrat seksual semata saja, tapi bagi laki-laki kehadiran
wanita di sampingnya akan menjadi energi. Untuk itulah Rasulullah Saw
pun Allah kirimkan padanya bunda Khadijah Ra yang setia menemani setiap
langkah perjuangannya. Memberi dukungan terhadap apapun yang
dilakukannya dan memberikan bantuan segenap kemampuan yang dimilikinya.
Jika masing-masing kebutuhan terpenuhi melalui ikatan pernikahan maka
akan melahirkan rasa cinta, sayang dan juga ketenangan jiwa dan
kenyamanan hidup bagi setiap pasangan yang berkeluarga.
“Dan sebagian daripada ayat-ayat-Nya bahwa Ia jadikan bagi kamu dari jenis kamu berjodoh-jodoh, yang kamu bersenang-senang kepadanya, dan Ia jadikan di antara kamu percintaan dan kasih sayang…”
(Q.s. ar-rum (30) : 21)
Memperluas ikatan kekerabatan
Sejatinya pernikahan adalah pertemuan dua keluarga besar. Dua
keluarga yang mungkin berbeda latar sosial kehidupannya, berbeda suku,
berbeda bahasa atau mungkin juga bangsanya. Tetapi melalui kehidupan
pernikahan dua keluarga ini bersatu hingga akhirnya menjadi satu ikatan
kekerabatan. Inilah salah satu tujuan indah dari membentuk keluarga
islami. Memperluas ikatan kekerabatan, menjalin simpul-simpul ikatan
keluarga baru dalam kehidupan masyarakat.
Rasulullah Saw bersabda :
“Hubungan pernikahan antara dua keluarga atau suku bangsa meningkatkan persahabatan lebih dari apa pun juga” (H.r Thayalisi)
Menumbuhkan komitmen untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab
Setelah menikah seorang laki-laki tentu memiliki tanggung jawab untuk
memberi nafkah istri dan anak-anaknya. Begitu juga seorang wanita
memiliki tanggung jawab untuk patuh pada suami serta menjalankan
perannya sebagai seorang ibu dengan baik. Pernikahan menumbuhkan sebuah
komitmen bagi masing-masing pasangan untuk bisa menjalankan tanggung
jawabnya dengan sebaik mungkin.
Dari komitmen dan rasa tanggung jawab tersebut lahirlah semangat
untuk bertumbuh menjadi pribadi dan keluarga yang lebih baik. Hadir rasa
untuk memberikan yang terbaik pada keluarga. Mulai dari cinta kasih,
tutur kata dan tentu juga adalah materi. Inilah sebab, kenapa banyak
dari laki-laki yang telah menikah karirnya makin melejit, usahanya makin
bersinar dan penghasilan pun meningkat. Selain dari usaha dan kemauan
yang kuat tentu juga atas karunia Allah Swt. Sebagai telah Allah
sampaikan kabar baik ini dalam Al-qur’an surah An-Nur ayat 32 :
“Dan kawinkanlah orang-orang laki-laki dan perempuan yang sendiri
dari antara kamu, dan hamba-hamba laki-laki dan perempuan kamu yang
layak menikah. Jika mereka miskin, nanti Allah mampukan mereka dengan
karunia-Nya karena Allah itu luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui”
Menjamin tumbuhnya kehidupan ekonomi dalam masyarakat
Pernikahan akan menjamin tumbuhnya kehidupan ekonomi dalam
masyarakat, dengan menyatunya dua keluarga besar akan ada walimah, akan
muncul keluarga baru dan seterusnya tentu hal ini akan menghidupkan roda
ekonomi di daerah setempat. Begitu juga ketika pasangan yang menikah
ini melahirkan anak-anak, tentu ini memberi dampak bertumbuhan bagi
kehidupan ekonomi dalam masyarakat.
Itulah beberapa tujuan dari membentuk keluarga Islami, selain memberi
dampak kebaikan bagi pasangan dan keluarga yang menikah tetapi juga
memberi dampak kebaikan pada masyarakat sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar