Kemarin aku jalan "sendiri" seperti biasanya dan itu nyaman ko. Berusaha keluar dari kejenuhan minggu ini yang masih berkutat dengan data-data. Nekat aja nih izin keluar kantor dan nonton di studio 21 Baru di Cilegon. Suasananya beda, jadi banyak teaternya lebih nyaman lebih dingin tapi masih kurang maksimal karena masa iya di ruang bioskop suara dari luar atau sebelah ruangan masih terdengar. hehe Well, terlepas dari itu filmya cukup menghibur dan kasih pelajaran buat aku juga para penontonnya. Cek this out.
Posesif merupakan film bergenre romance suspense
karya perdana Palari Films. Belum ditayangkan di bioskop, film ini
sudah mendapatkan nominasi Piala Citra. Tidak tanggung-tanggung film
yang disutradarai oleh Edwin ini berhasil memborong 10 nominasi Festival
Film Indonesia sekaligus! Posesif
mendapat nominasi kategori Film Terbaik, selain itu Putri Marino yang
baru saja menginjakkan kakinya di dunia perfilman langsung mendapat
nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik, dan peran Adipati Dolken sebagai
Yudhis, kekasih yang posesif mendapat nominasi Pemeran Utama Pria
Terbaik. Dengan meraih pencapaian sebesar ini tentu membuat penonton
penasaran dengan keunggulan film Posesif.
Film ini memberikan nafas baru bagi film romance di Indonesia. Posesif menyajikan genre romance yang tidak melulu memunculkan kisah dramanya saja, kali ini sutradara Edwin juga menambahkan unsur suspense.
Film yang diproduseri oleh Muhammad Zaidy dan Meiske Taurisia ini mampu
membangkitkan emosi penonton dan masuk ke dalam film untuk merasakan
apa yang sepasang kekasih ini rasakan. Film ini juga membeberkan fakta
sebenarnya mengenai kisah percintaan, walaupun pahit namun ini adalah
kenyataan yang disampaikan oleh sutradara Edwin kepada penonton agar
penonton dapat lebih aware terhadap adanya unsur posesif yang ia kemas ke dalam film.
Cerita ini dimulai dengan pertemuan Lala (Putri Marino) seorang atlet loncat indah dengan Yudhis (Adipati Dolken)
seorang murid baru di sekolah. Singkat cerita keduanya jatuh cinta dan
mulai menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Pada awalnya kisah
cinta masa SMA mereka terjalin manis, namun lama kelamaan, Yudhis
menunjukan sifat posesifnya yang mengancam Lala dan hubungan asmara
mereka. Sifat kepemilikan Yudhis terhadap Lala sudah mencapai batas
tidak wajar.
Alur dalam film ini tidak terburu-buru, jalannya kisah Posesif
diceritakan dengan detail sehingga penonton dapat paham betul dengan
keseluruhan cerita. Konflik yang dituangkan dalam film ini tidak klise,
penulis Gina S. Noer menuliskan cerita yang benar-benar relateable
dan menggambarkan keluh kesah percintaan dalam remaja yang selama ini
belum pernah diangkat ke dalam film. Isu ini sangat penting dan
bermanfaat untuk para penontonnya.
Bicara
tentang akting, acungan jempol patut dilayangkan untuk Putri Marino.
Walaupun ini adalah kali pertama Putri masuk ke dunia film, namun ia
mampu memerankan perannya dengan baik dan membuat film ini lebih
emosional. Penonton dapat mengerti betul mengenai unsur psikologis dan
tekanan yang dirasakan oleh Lala.
Sementara
itu, Adipati Dolken yang memang sudah dikenal dengan perannya sebagai
anak SMA, kali ini kembali lagi dengan perannya tersebut. Berbeda dengan
film-film sebelumnya, penonton akan dibuat campur aduk saat melihat
karakter Yudhis. Penonton bisa senyam-senyum sendiri melihat tingkah
Yudhis ketika bersama dengan Lala, takut ketika melihat sisi agresifnya,
kadang menjadi kesal karena sifatnya, dan penonton juga bisa merasakan
kesedihan yang dirasakan olehnya.
Tidak
ketinggalan Cut Mini! Karakter ini merupakan karakter kunci dalam film
ini, akting Cut Mini walaupun hanya sebentar namun sangat mencekam dan
berpengaruh dalam keseluruhan film, begitupun dengan ayah Lala (Yayu
Unru) yang penuh dengan emosi seorang bapak kepada anaknya yang nyata.
Unsur suspense
yang dihadirkan oleh Edwin sangat terasa dengan adegan-adegan mencekam
yang disuguhkan sehingga membuat penonton takut, namun terus merasa
penasaran dengan kelanjutan cerita dari kedua pasangan kekasih ini.
Hal lain yang mendukung keseluruhan film ini adalah soundtrack. Pemilihan soundtrack dalam ini berhasil membangun elemen yang bekerja sama menghasilkan efek yang emosional ketika adegan-adegan tertentu dilakukan. Banda Neira, Sheila on 7, Matter Halo, dan sederet penyanyi lainnya berhasil mendukung keseluruhan film ini.
Walaupun film ini merupakan film yang disetting pada masa SMA, namun Posesif tetap
dapat dinikmati oleh semua umur karena kasus dalam film ini yang sangat
luas, tidak mencakup isu percintaan anak remaja saja. Setiap
karakter mempunyai pesan masing-masing yang ingin disampaikan kepada
para penonton, sehingga penonton dapat melihat dari berbagai perspektif
baik itu dari Lala, Yudhis, ibu Yudhis, dan ayah Lala. Posesif
ini bukan hanya terkandung dalam hubungan antara pasangan kekasih,
namun juga dalam keluarga, teman, dan lingkungan. Penonton dipastikan
akan pulang dengan membawa pesan yang bermakna, dan banyak hal dapat
dipetik dari film ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar