Awal tahun ini mau ngeshare tentang liburan yang terlalu cepat di awal desember tahun lalu, ya 2018. Kebetulan aku dan teman-teman berencana untuk ketemu dan jalan bareng. berhubung satu dan lain hal akhirnya kita jalan 2 hari 1 malam di daerah Jakarta. Kenapa Jakarta? karena tengah-tengah aja. yang kerja di Jakarta bisa ikut yang kerja di Bandung kebetulan lagi pada libur dan ada acara workshop di Jakarta. So, kumpul deh kita. Banyak banget awacana mah, mau ke sana lah sini lah cuma menyadari bahwa ini adalah pekan libur anak-anak sekolah (sadar krn mereka yang libur adalah guru-guru hahaha) jadi memutuskan untuk jalan sebagai berikut:
1. Monumen Nasional
2. Museum Nasional
3. Es Krim Ragusa
4. Taman Cagar Alam Mangrove Angke
5. Naik Busway
6. Naik Citybus Jakarta
Mari simak perjalanan kita ...
Pertama, Monumen Nasional!
Monumen Nasional atau yang populer
disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132
meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan
rakyat Indonesia
untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia
Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus
1961 di bawah
perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli
1975. Tugu ini
dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan
semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di
tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.
Pembangunan terdiri atas tiga tahap.
Tahap pertama, kurun 1961/1962 - 1964/1965 dimulai dengan
dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus
1961 dengan
Sukarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak
beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan
untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung
pada bulan Maret
1962. Dinding
museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober.
Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus
1963.
Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September sehingga tahap ini
sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama
pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja
terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara
resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli
1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto.
Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka.
Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir,
Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman
Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa
lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka
dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan
melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
Pada tiap sudut halaman luar yang
mengelilingi monumen terdapat relief yang menggambarkan sejarah
Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan
mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau; menampilkan sejarah
Singhasari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum
jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut. Secara kronologis
menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan
pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang
memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda,
Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul
Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa
pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen
dengan kerangka pipa atau logam, namun beberapa patung dan arca tampak tak
terawat dan rusak akibat hujan serta cuaca tropis. Di bagian dasar monumen pada
kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional
Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80
x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar
berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga
menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa
pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut
bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa
pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya
dan Majapahit,
disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan
nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama
berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20,
pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa Orde Baru
pada masa pemerintahan Suharto.
Di bagian dalam cawan monumen terdapat
Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui
tangga berputar di dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan
simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara
Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berlapis emas, dan bendera merah putih, dan dinding yang bertulis naskah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.[1][8].
Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang
untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan
perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia
disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini
terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya
Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan
kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan
dan berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan
yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "Padamu Negeri"
diikuti kemudian oleh rekaman suara Sukarno
tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus
1945. Pada sisi
selatan terdapat patung Garuda Pancasila, lambang negara Indonesia
terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur
terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini
menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang Saka Merah Putih,
yang aslinya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus
1945. Akan
tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak
dipamerkan. Sisi utara dinding marmer hitam ini menampilkan kepulauan Nusantara
berlapis emas, melambangkan lokasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Di puncak Monumen Nasional terdapat
cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan
dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter
dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini
sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih
kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35
kilogram],
akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai
berat 50 kilogram lembaran emas. Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam"
yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang
menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa.
Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter
dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika
turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi
pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang
museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter di bawah tanah ditambah 5
meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar,
berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945). Sebanyak
28 kg dari 38 kg emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan
dari Teuku Markam,
seorang pengusaha Aceh yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di
Indonesia.
Untuk bisa masuk kita harus memakai Jakcard macam kartu flash-lah. Tenang buat kamu yang belum punya bisa langsung di beli di lokasi. Harganya Rp. 35.000/ kartu. Untuk biaya masuk monas ke bagian cawan Rp. 20.000/ dewasa dan akan Rp. 5000/10.000/ anak. Untuk bisa sampai di menara pandang dipuncak anda harus antri dan registrasi lagi di atas nanti. Ada jam-jam nya dan kalau kalian telat naik kalian bisa ikut di jadwal jam berikutnya.
Kedua, Naik Busway, HI, dan sekitarnya!
Buat aku, kiki, nur ini hal biasa tapi bagi rika dan Ade nova ini kali pertama merasakan naik busway hehe dan cukup rame kita di dalam busway sampai selalu jadi pusat perhatian wkwkwk
Ketiga, Naik citytour bus!
Ini kali pertama bagi kami dan naik ke daerah KALIJODO! Maklum karena kita belum semua dapat jodoh hahaha bukan si lebih ke yang kosong dan memungkinkan masuk ke jalur ini karena yang lainnya penuh wkwk. Dengan total 28 bus yang beroperasi hingga saat ini. Seperti dikutip
dari netz.id, bus-bus baru tersebut pada akhir pekan akan beroperasi
dengan tiga tema yaitu wisata sejarah, kuliner, dan belanja.
Bus
rute sejarah beroperasi pada hari Minggu pukul 12.00 hingga 20.00 dan
dilengkapi dengan GPS sehingga ketika melewati museum atau gedung
bersejarah akan ada pengeras suara yang menceritakan bangunan tersebut.
Keempat, Mangrove Kapuk!
Kita naik bus Transjakarta sampai halte harmoni (karena aku,kiki,rika di Juanda dan Nur dan Ade di cilandak), kemudian ganti
dengan menaiki BKTB (Bus Kota Terintegrasi Busway) ke arah PIK, turun di
Yayasan Budha Tzu Chi, dan ikuti papan petunjuk menuju Taman Wisata
Alam.
Ini karena kali pertama kami semua ke kapuk pakai umum, dan tempat yang ditujunya kita gak hapal, modal nekat. dan pas dipemberhentian budha tzu chi aku berhenti, dipastikan oleh nur dan kita turun sedangkan rika dan kiki posisinya lagi tidur ayam, pas bangun dah disuruh turun hahah. Biaya masuknya kurang lebih 30 ribu-an.
Kelima, Masjid Istiqlal!
Masjid Istiqlal merupakan
masjid negara Indonesia, yaitu masjid yang mewakili umat muslim Indonesia. Karena menyandang status
terhormat ini maka masjid ini harus dapat menjadi kebanggaan bangsa Indonesia
sekaligus menggambarkan semangat perjuangan dalam meraih kemerdekaan. Masjid
ini dibangun sebagai ungkapan dan wujud dari rasa syukur bangsa Indonesia yang
mayoritas beragama Islam, atas berkat dan rahmat Allah SWT yang telah
menganugerahkan nikmat kemerdekaan, terbebas dari cengkraman penjajah. Karena
itulah masjid ini dinamakan "Istiqlal" yang dalam bahasa Arab
berarti "Merdeka".
Setelah perang kemerdekaan Indonesia, mulai
berkembang gagasan besar untuk mendirikan masjid nasional. Ide pembangunan
masjid tercetus setelah empat tahun proklamasi kemerdekaan. Gagasan pembangunan
masjid kenegaraan ini sejalan dengan tradisi bangsa Indonesia yang sejak zaman
kerajaan purba pernah membangun bangunan monumental keagamaan yang melambangkan
kejayaan negara. Misalnya pada zaman kerajaan Hindu-Buddha bangsa Indonesia
telah berjaya membangun candi Borobudur dan Prambanan. Karena itulah pada masa kemerdekaan Indonesia
terbit gagasan membangun masjid agung yang megah dan pantas menyandang predikat
sebagai masjid negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Sebagai masjid
negara Indonesia, Masjid Istiqlal diharapkan dapat menampung jamaah dalam
jumlah yang besar. Karena itu arsitekturnya menerapkan prinsip minimalis,
dengan mempertimbangkan keberadaannya di kawasan beriklim tropis. Masjid
dirancang agar udara dapat bebas bersirkulasi sehingga ruangan tetap sejuk,
sementara jemaah terbebas dari panas matahari dan hujan. Ruangan salat yang
berada di lantai utama dan terbuka sekelilingnya diapit oleh plaza atau
pelataran terbuka di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-tiang dengan bukaan
lowong yang lebar di antaranya, dimaksudkan untuk memudahkan sirkulasi udara
dan penerangan yang alami.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid
Istiqlal juga merupakan objek wisata religi, pusat pendidikan, dan pusat
aktivitas syiar Islam. Dengan berkunjung ke masjid ini, jamaah dan wisatawan
dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang merupakan perpaduan
antara arsitektur Indonesia, Timur Tengah,
dan Eropa.
Arsitektur Indonesia tampak pada bangunan yang bersifat terbuka dengan
memungkinkan sirkulasi udara alami sesuai dengan iklim tropis
serta letak masjid yang berdekatan dengan bangunan pusat pemerintahan. Kemudian
pada bagian dalam kubah masjid yang berhiaskan kaligrafi
merupakan hasil adopsi arsitektur Timur Tengah. Masjid ini juga
dipengaruhi gaya arsitektur Barat, sebagaimana terlihat dari bentuk tiang dan
dinding yang kokoh. Arsitektur Masjid Istiqlal juga menampilkan pendekatan yang
unik terhadap berbagai serapan budaya dalam komposisi yang harmonis. Perpaduan
itu menunjukkan kuatnya pemahaman yang menghargai berbagai budaya dari
masyarakat yang berbeda, yang ditempatkan sebagai potensi untuk membangun
harmoni dan toleransi antar umat beragama, dalam rangka membina kesatuan dan
persatuan bangsa.
Beberapa kalangan
menganggap arsitektur Islam modern Timur Tengah masjid Istiqlal berupa kubah
besar dan menara terlalu bersifat Arab dan modern, sehingga terlepas dari
kaitan harmoni dan warisan tradisi arsitektur Islam Nusantara tradisional
Indonesia. Mungkin sebagai jawabannya mantan presiden Suharto
melalui Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila menyeponsori pembangunan berbagai
masjid beratap limas tingkat tiga bergaya tradisional masjid Jawa.
Kita Sholat maghrib dan isya disini. Ini qualitytime kami (itung2an pt2) haha. Sisanya yang lain kami tak sempat berkunjung mungkin lain kali atau part 2. terima kasih semua. selamat berlibur.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Nasional
https://twitter.com/DKIJakarta/status/911817160736915457/photo/1
https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Istiqlal
https://www.jakartatraveller.com/city-tour/rute-baru-bus-tingkat-wisata-jakarta/